Momen Spanduk Anti Perang di Liga Europa, Ada Tragedi 'Indonesia 1958'

"Apa maksudnya? Kenapa Indonesia disertakan? Simak penjelasannya"

Analisis | 18 March 2022, 17:01
Momen Spanduk Anti Perang di Liga Europa, Ada Tragedi 'Indonesia 1958'

Libero.id - Pertandingan leg kedua babak 16 besar Liga Europa antara Red Star Belgrade melawan Rangers, pada Jum'at (18/3) dini hari WIB, diwarnai momen menarik, dimana kelompok suporter tuan rumah membentangkan spanduk besar dengan nama-nama negara beserta tahun yang merujuk peristiwa, salah satunya bertuliskan "Indonesia 1958".

Apa yang dilakukan oleh suporter Red Star Belgrade di stadion Rajko Mitic itu merupakan sebuah pesan perdamaian dan 'anti-perang', dengan spanduk terakhir berisikan lirik lagu anti-perang "Give Peace a Chance" karya musisi legendaris John Lennon.

Dan itu semua kaitannya dengan Amerika Serikat. Suporter Red Star membentangkan spanduk tersebut untuk menunjukkan bagaimana kebijakan luar negeri Amerika Serikat seringkali bermuka dua.  Mereka juga  mengkritik UEFA tentang sanksi-sanki yang dijatuhkan buntut dari invasi Rusia ke Ukraina yang dinilai berlebih-lebihan dan terindikasi kuat karena intervensi Amerika Serikat.

Dalam spanduk tersebut, terdapat nama-nama negara yang bersinggungan dan menjadi korban politik Amerika Serikat yang berlagak sebagai 'Polisi Dunia', dan pertanyaannya apa yang terjadi dengan Indonesia pada tahun 1958?

Jika kita merujuk berbagai literatur sejarah, dan mencari peristiwa apa yang terjadi di Indonesia pada tahun 1958 maka tak ada yang lebih mendekati fakta kecuali percobaan kudeta dalam peristiwa pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).

Ketika itu Amerika Serikat Sam memberikan beberapa bantuan untuk menyokong gerakan tersebut y seperti senjata hingga pesawat pengebom, secara diam-diam kepada PRRI dan Permesta melalui CIA agar Indonesia tidak terpengaruh oleh ideologi komunisme.

Pada 18 Mei 1958, salah satu pesawat bantuan dari Amerika Serikat yang dikemudikan oleh agen CIA, Allen Lawrence Pope, ditembak jatuh oleh TNI di Ambon dan Allen Pope berhasil ditangkap hidup-hidup untuk diadili.

Setelah penangkapan tersebut, negosiasi dilakukan dan Amerika Serikat kemudian menarik bantuannya kepada PRRI dan Permesta agar Indonesia membebaskan Allan Pope.  Kisah ini berakhir dengan angkat kakinya bala bantuan Amerika Serikat yang berujung dengan gerakan PRRI dan Permesta gagal.

Begitu penjelasan sekilas tentang 'Indonesia 1958' yang terbentang di stadion Rajko Mitic.

(gigih imanadi darma/gie)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 100%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network