Kisah Yaroslav Rakitskiy, Pemain Ukraina Keturunan Rusia Kritik Pedas Vladimir Putin

"Rakitskiy tidak menyangka Putin tega menyerang Ukraina yang masih saudara."

Biografi | 05 March 2022, 13:23
Kisah Yaroslav Rakitskiy, Pemain Ukraina Keturunan Rusia Kritik Pedas Vladimir Putin

Libero.id - Presiden Rusia, Vladimir Putin, kini telah menjadi sorotan dunia atas kebijakannya melakukan serangan terus-menerus terhadap Ukraina. Dunia sepakbola telah jauh-jauh hari melakukan protes keras. Selain berbagai sanksi yang dijatuhkan, pendapat keras beberapa pemain sepakbola juga layak didengarkan. Salah satunya Yaroslav Rakitskiy.

Rakitskiy adalahpesepakbola Ukraina yang berposisi sebagai bek. Dia lahir di bagian timur Ukraina dari keluarga yang beretnis dan berbahasa Rusia. Dia baru saja meninggalkan Zenit Saint Petersburg sebagai tanggapan atas konflik tersebut.

"Saya orang Ukraina! Damai untuk Ukraina! Hentikan perang!" tulis Rakitskiy di akun Instagran resmi miliknya setelah tentara Rusia memulai invasi ke negaranya. Itu adalah postingan pertamanya dalam Bahasa Ukraina karena selama ini dia terbiasa berkomunikasi dalam Bahasa Rusia. 

Akun tersebut, menampilkan foto-foto kehidupan dan karier Rakitskiy yang tak terhitung jumlahnya, sebuah langkah yang tidak biasa bagi seorang bintang sepakbola. Bek itu seharusnya menjadi starter untuk Zenit dalam pertandingan Liga Europa pekan lalu di kandangv Real Betis. Tapi, dia berada di bangku cadangan karena kementarnya.

Pelatih Zenit, Sergey Semak, menjelaskan bahwa performa buruk menjadi alasan dibalik keputusan tersebut. Tapi, Rakitskiy juga tidak bermain untuk Zenit melawan Rubin Kazan pada akhir pekan lalu setelah Liga Premier Rusia dimulai kembali selepas liburan musim dingin. Kali ini, alasannya cedera.

Tapi, pelan dan pasti kebenaran terungkap. Pada Rabu (2/3/2022), Zenit mengumumkan bahwa Rakitskiy telah meninggalkan klub. "Karena situasi keluarga yang sulit, pemain meminta untuk mengakhiri kontrak sebelum waktunya," bunyi pernyataan resmi Zenit.

"Kami ingin berterima kasih kepada Yaroslav atas waktunya di Saint Petersburg dan pendekatannya yang profesional, dan penuh semangat terhadap permainan. Kami dengan tulus mendoakan yang terbaik untuk Yaroslav dan keluarganya, dan berharap bisa bertemu dengannya di lapangan sepakbola," tambah Zenit.

Perang itu hampir tidak terduga karena Rakitskiy menemukan dirinya dalam situasi putus asa. Kisahnya menyoroti kompleksitas konflik Rusia-Ukraina. Tragedi itu absurd dan tidak logis karena Ukraina dan Rusia adalah satu bangsa, Bangsa Slavia.

Selama beberapa dekade, Ukraina adalah bagian dari Uni Soviet, dan tidak ada perbatasan antara orang-orang Rusia dan Ukraina. Runtuhnya Uni Soviet meninggalkan banyak orang Rusia di Ukraina dan banyak orang Ukraina di Rusia. Ambil contoh pelatih Zenit, Sergey Semak. Dia adalah kapten tim nasional Rusia untuk kampanye bersejarah Euro 2008, ketika mencapai semifinal.

Semak juga menjadi bintang di CSKA Moscow, Rubin Kazan, dan Zenit sebagai pemain. Sejak itu, dia memenangkan tiga gelar juara di Rusia sebagai pelatih. 

Namun, Semak lahir di Ukraina. Hebatnya, orang tuanya masih tinggal di Ukraina, atau sama seperti kebanyakan keluarganya. Apakah dia orang Rusia? Apakah dia orang Ukraina?

Tidak mungkin bagi orang lain selain Semak untuk mengatakannya. Jadi, dia pasti sangat memahami situasi Rakitskiy dengan baik. Rakitskiy lahir di bagian timur Ukraina dari keluarga asal Rusia pada 1989. Itu tepat sebelum Uni Soviet bubar. Setelah orang tuanya bercerai pada 1990-an, ayahnya menikah lagi dan pindah ke Saint Petersburg. Kota itu menjadi rumah keduanya.

Rumah pertamanya adalah Donetsk saat bergabung dengan Akademi Shakhtar pada usia 13 tahun. Pada 2009, dia dipromosikan ke tim utama oleh Mircea Lucescu. Pelatih Rumania itu suka menurunkan pemain Brasil di lini tengah dan menyerang, tapi mendasarkan lini belakang pada pemain Ukraina.

Fans Shakhtar dengan cepat memberi tempat dihatinya. Dia adalah anak lokal, lulusan akademi, yang bermain dengan gaya luar biasa. Rakitskiy adalah bek tengah yang kuat, yang menyukai pertempuran fisik, tapi sangat elegan dalam menguasai bola. 

Dia juga mampu mengirimkan umpan jarak jauh yang tepat dengan kaki kiri ajaibnya. Tembakan kerasnya dari jarak jauh luar biasa. Dia telah membuktikan dirinya sebagai spesialis bola mati.

Seorang bintang lahir, dan Rakitskiy menjadi salah satu pemain Shakhtar paling populer. Dia memenangkan gelar juara di masing-masing dari lima musim pertamanya. Banyak tim asing yang tertarik mengontraknya. Tapi, dia mencintai Donetsk dan tidak ingin pergi sampai seluruh klub terpaksa mengungsi ke Kiev pada 2014 akibat perang saudara.

Setelah aneksasi Rusia atas Crimea, separatis memulai aktivitas di Donetsk dan Luhansk, serta perang saudara dimulai, saat itulah kehidupan berubah sepenuhnya dan seluruh negeri tidak lagi sama.  Tiba-tiba, rezim Rusia menjadi musuh dan kebanggaan nasional jauh lebih penting daripada sebelumnya.

Rakitskiy adalah bintang kesayangan tim nasional dan, hingga 2014, tidak ada yang peduli bahwa dia tidak bisa menyanyikan lagu kebangsaan. Ketika konflik bersenjata dimulai, masalah menyanyikan lagu kebangsaan menjadi penting. Dia dianggap pengkhianat oleh fans Ukraina.

Rekan satu timnya Andriy Pyatov pernah mencoba membela Rakitskiy. "Anda tahu, 70 persen pemain tidak menyanyikan lagu kebangsaan, dan itu tidak relevan karena di lapangan yang penting performanya," ujar Pyatov saat itu.

Namun, itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan keputusannya pindah ke Zenit pada awal 2019. Bosan dengan sikap buruk dan kecurigaan fans di Ukraina terhadapnya, Rakitskiy akhirnya benar-benar pergi ke Rusia. Bergabung dengan Zenit, yang dimiliki Gazprom dan Putin, membuat Ukraina semakin membencinya.

Bagi beberapa orang Ukraina, apa yang dilakukan Rakitskiy adalah tindakan pengkhianatan. Reaksi di jejaring sosial sangat sengit. Tapi, tidak berakhir di situ. Rakitskiy langsung dicoret dari timnas dan namanya dihapus dari situs resmi Asosiasi Sepakbola Ukraina (UFA).

"Saya tidak ingin berurusan dengan politik. Tapi, saya tahu apa yang diharapkan. Saya mengerti segalanya, dan tetap mengambil keputusan. Dan, saya pikir itu adalah pilihan yang tepat," kata Rakitskiy kepada Championat pada Februari 2019.

"Saya sangat berharap pelatih (Ukraina, Andriy Shevchenko) memilih siapa yang akan dipanggil (ke Euro 2020), dan bukan beberapa politisi. Mari kita tunggu dan lihat. Mereka mungkin saja masih mengingat saya," tambah Rakitskiy.

Di Zenit, Rakitskiy bertemu dengan Anatoly Tymoshchuk. Dia adalah mantan bintang Shakhtar dan salah satu pesepakbola Ukraina terbaik di generasinya, yang mewakili tim nasional sebanyak 144 kali. Pemain dengan caps terbanyak dalam sejarah negaranya yang pernah main di Bayern Muenchen dan Dynamo Kiev.

Sama seperti Rakitskiy, Tymoshchuk juga dianggap pengkhianat karena pindah ke Rusia untuk membela Zenit dan kemudian menjadi salah satu staf pelatih. "Orang Rusia dan Ukraina adalah saudara," tulis Rakitskiy di Instagram suatu ketika.

Rakitskiy terpaksa menonton Euro 2020 sebagai penggemar musim panas tahun lalu. "Ini menyakitkan. Setiap kali saya menonton orang-orang bermain, saya ingin berada di sana bersama mereka. Tapi, itulah hidup, dan saya tidak bisa mengubah apa pun," kata Rakitskiy.

"Saya selalu melakukan yang terbaik ketika saya mewakili tim nasional. Beberapa orang mengarang cerita tentang saya. Tapi, saya tidak peduli apa yang mereka katakan," tambah Rakitskiy.

Masalah ini sulit dan menyakitkan bagi semua yang terlibat. Itu karena konflik bersenjata di Donbass, yang dipicu oleh proxy war Rusia, telah berlangsung delapan tahun. Tapi, tidak pernah ada yang menyangka bahwa itu akan berubah menjadi invasi skala penuh oleh Putin mengingat hubungan darah Rusia-Ukraina. 

Situasi itu membuat Rakitskiy dan yang lainnya dalam situasi yang benar-benar putus asa. Apalagi, pada awal bulan lalu, Rakitskiy sebenarnya sedang beregosiasi untuk kontrak baru. Zenit menawarkan mempertahankannya dua tahun lagi. Sementara sang pemain menginginkan kontrak yang lebih lama.  

Tiba-tiba, sekarang semuanya menjadi tidak relevan. Dia telah meninggalkan klub sebelum berakhirnya kontrak lamanya. Pendukungnya di Saint Petersburg bereaksi dengan kekecewaan besar. Mereka sedih melihat salah satu pemain terbaik dan terpopuler pergi. Tapi, mereka memahami situasinya.  

Orang-orang di seluruh dunia, melihat apa yang secara tradisional dipandang sebagai negara-negara bersaudara sekarang berada dalam situasi yang mustahil. Nasib Rakitskiy hanyalah salah satu contohnya.

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network