5 Pelatih yang Dipecat Setelah Sumbang Trofi Utama

"Nomor 4 dianggap sebagai pelatih sering dipecat."

Analisis | 07 February 2022, 13:28
5 Pelatih yang Dipecat Setelah Sumbang Trofi Utama

Libero.id - Melatih klub sepakbola merupakan salah satu pekerjaan tersulit di dunia dan hampir mustahil ketika seseorang mengelola klub yang besar.

Klub-klub terbesar Eropa jarang memberikan manajer mereka cukup waktu untuk menanamkan filosofi mereka, tetapi mengharapkan mereka untuk mulai mengisi lemari trofi sesegera mungkin.

Jika seseorang berpikir bahwa dengan melakukan hal yang mustahil dan memenangkan gelar besar akan menyelamatkan pekerjaannya, daftar di bawah ini akan menjadi peringatan keras.

Berikut adalah lima pelatih yang dipecat, meski membawa klub yang dilatih meraih kejayaan.

#5 Vicente del Bosque – Real Madrid

Setelah menghabiskan seluruh karier bermainnya di Real Madrid, Vicente del Bosque mengambil alih tim utama pada November 1999. Los Blancos bekerja keras di posisi kedelapan La Liga ketika pelatih Spanyol itu mengambil alih dan hanya memiliki sedikit harapan di kompetisi lain.

Tapi, Del Bosque membalikkan nasib mereka dan membawa mereka meraih gelar Liga Champions ketujuh di akhir musim.

Musim berikutnya, Real Madrid memenangkan gelar La Liga dan mencapai semifinal Liga Champions. Pada musim 2001/2002, Los Merengues sekali lagi memenangi Liga Champions dan memenangkan Piala Super Spanyol.

Del Bosque juga membawa trofi La Liga kembali ke Real Madrid musim selanjutnya. Mereka mengalahkan Real Sociedad yang berada di posisi kedua dengan selisih dua poin.

Namun, di pengujung musim 2002/2003, pelatih Spanyol itu diminta turun dari jabatan manajerialnya dan menjadi direktur teknik Madrid.

Manajer yang telah memenangkan tujuh trofi dalam 233 pertandingan untuk Los Merengues itu menolak tawaran itu dan memilih untuk meninggalkan klub.

#4 Jose Mourinho – Chelsea

Pelatih AS Roma, Jose Mourinho, tidak asing dengan kata pemecatan. Pelatih asal Portugal itu telah dipecat beberapa kali dalam kariernya, dan seringkali karena alasan yang bagus. Namun, pemecatan yang dia alami selama tugas pertamanya di Chelsea hampir tidak bisa dibilang adil.

Mourinho ditunjuk melatih Chelsea pada musim panas 2004. Segera setelah menjalani hal luar biasa bersama Porto, pelatih Portugal itu penuh percaya diri dan itu terpancar di lapangan.

Didukung oleh kecerdasan taktisnya, Chelsea memenangkan liga di musim 2004/2005. Itu menandai kemenangan pertama mereka di liga dalam 50 tahun. Timnya mempertahankan mahkota mereka musim berikutnya setelah mengalahkan Manchester United dalam perburuan gelar Liga Premier.

Musim 2006/2007, Chelsea nyaris gagal dalam hat-trick Liga Premier, tetapi memenangkan Piala FA dan Piala Liga. Tapi, awal yang buruk di musim 2007/2008 membuat pemilik Chelsea, Roman Abramovich, secara mengejutkan membebaskan Mourinho dari tugasnya.

#3 Louis van Gaal – Manchester United

Manchester United menunjuk Louis van Gaal pada musim panas 2014 sebagai penerus David Moyes. Dia datang ke Old Trafford setelah tugas yang baik dengan tim nasional Belanda di Piala Dunia 2004 dan diharapkan bisa membantu tantangan Man United untuk gelar Liga Premier.

Di musim pertamanya sebagai pelatih Setan Merah, Van Gaal memimpin Man United finis di peringkat keempat Liga Inggris. Meski tidak terlalu terkesan dengan penampilannya, dewan direksi Man United memberinya kesempatan satu musim lagi.

Pada musim 2015/2016, Manchester United berada di urutan kelima di Liga Premier dan kehilangan tempat ke Liga Champions.

Pasukan Van Gaal memenangkan Piala FA musim itu, tetapi itu tidak cukup bagi pelatih asal Belanda tersebut untuk mempertahankan pekerjaannya di Old Trafford.

#2 Laurent Blanc – Paris Saint Germain

Sejak diakuisisi oleh QSI, Paris Saint-Germain tak henti-hentinya mengejar kejayaan Liga Champions. Mereka telah membeli bintang-bintang besar, membawa pikiran paling cerdas, tetapi belum ada yang cocok.

Selama di PSG, Laurent Blanc tidak serta-merta melakukan kesalahan. Dia hanya gagal memenuhi harapan setinggi langit tersebut.

Blanc ditunjuk oleh PSG jelang musim 2012/2013. Mantan manajer tim nasional Prancis itu menemukan keseimbangan serangan dan pertahanan yang tepat dan membantu Parisians meraih kesuksesan domestik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Selama empat tahun di Parc des Princes, PSG memenangkan empat gelar Ligue 1, dua Piala Prancis, tiga Piala Liga Prancis, dan empat Piala Super Prancis.

Meski meraih empat gelar domestik musim 2015/2016, Blanc dilepas dan digantikan Unai Emery. Di bawah Emery, PSG finis kedua di Ligue 1 pada musim 2016/2017, kalah dalam perburuan gelar dari Monaco yang saat itu masih diperkuat Kylian Mbappe.

#1 Maurizio Sarri – Chelsea, Juventus

Ahli taktik Italia, Maurizio Sarri, mengalami tidak hanya satu. Tapi, dua pemecatan dalam kariernya, meski memimpin timnya meraih trofi besar.

Setelah tampil impresif bersama Napoli, Sarri memimpin tim London Barat, Chelsea, menjelang musim 2018/2019. The Blues finis kelima di liga musim sebelumnya dan berharap dapat meningkatkan performa mereka.

Sarri tidak bisa memberikan kemenangan Liga Premier musim itu, tetapi membantu mereka memenangkan Liga Europa. Sayangnya, karena hubungannya yang retak dengan para eksekutif klub dan beberapa pemain, kemenangan Eropa itu tidak bisa menyelamatkan pekerjaan pelatih Italia itu.

Sadar sepenuhnya atas pemecatannya Sarri pergi ke Juventus sebelum Chelsea mengayunkan kapak mereka. Sarri membantu I Bianconeri meraih gelar Serie A pada musim 2019/2020 tetapi gagal di Liga Champions dan Piala Italia.

Kecewa dengan sepakbola yang dia hasilkan, Juventus memutuskan untuk melepas mantan manajer Napoli itu di akhir musim.

(diaz alvioriki/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network