Kisah Youssef Ezzejjari Diberitakan Media Spanyol Gara-gara Moncer di Persik Kediri

"Kalau bukan karena main di Liga 1, mana mungkin Ezzejjari dikenal di Spanyol?"

Biografi | 07 February 2022, 05:14
Kisah Youssef Ezzejjari Diberitakan Media Spanyol Gara-gara Moncer di Persik Kediri

Libero.id - Keputusan Youssef Ezzejjari meninggalkan Eropa untuk bermain di Indonesia tidak akan pernah disesali seumur hidupnya. Gara-gara membela Persik Kediri di liga 1 2021/2022, penyerang asal Spanyol itu dikenal di negara salanya. Kok, bisa? 

Youssef Ezzejjari Lhasnaoui lahir di Santa Coloma de Gramenet, Katalunya, pada 10 Mei 1993 dari keluarga keturunan Maroko. Sepanjang kariernya, dia lebih banyak menghabiskan waktu di klub-klub kasta bawah Spanyol. Hanya Andorra tempat dirinya bermain di kasta elite di Eropa. 

Dengan negeri kecil seperti Andorra, mana ada orang Spanyol yang mengenal Ezzejjari? Mana ada media olahraga papan atas Negeri Matador sekelas As, Marca, Sport, atau El Mundo Deportivo yang mau menjadikannya subjek berita? 

Tapi, semua berubah 180 derajat saat Ezzejjari membela Macan Putih. "Saya gila. Ada klub yang memiliki lebih banyak pengikut dari pemain terkenal di Spanyol atau Italia," kata Ezzejjari kepada As, bercerita asal mula mendapatkan tawaran dari klub Indonesia. 

"Dan setelah menyelidiki tim yang meminatinya di YouTube, saya terkesan melihat stadion dengan 50 atau 60 ribu orang. Ini adalah sesuatu yang tidak terlihat di semua negara," tambah Ezzejjari.

Ditambah proposal yang menggiurkan dari Persik plus kesamaan keyakinan yang dianut, maka Ezzejjari memutuskan untuk membulatkan tekad meninggalkan Eropa menuju Asia Tenggara. Hasilnya, luar biasa. Sejauh ini, Ezzejjari sudah mencetak 13 gol. 

Saat datang ke Indonesia, Ezzejjari memiliki julukan El Matador. "Nama panggilan itu diberikan kepada saya oleh Paco Montesinos, yang merupakan pelatih saya di Carroi de Andorra. Dia melihat video (Edinson) Cavani dan menyamakannya pada saya dan beberapa striker mematikan di daerah itu. Dia berkata bahwa saya harus menjadi seperti mereka," kata Ezzejjari.

"Kami menghabiskan berjam-jam menonton video dan saya sangat berterima kasih kepadanya dan semua pelatih saya karena mereka telah membantu saya menjadi pesepakbola yang saya inginkan," tambah Ezzejjari.

Tapi, saat tiba di Indonesia, Ezzejjari dijuluki "Messi" oleh pers lokal. Meski lebih mirip Karim Benzema, julukan itu tampaknya melekat pada Ezzejjari karena lantar belakangnya yang berasal dari Katalunya.

"Sebagai seorang anak, ketika saya pergi ke Camp Nou bersama ayah saya, saya melihat (Samuel) Eto'o dan Ronaldinho. Tapi, sekarang saya lebih menyukai Benzema. Dia mencetak gol. Dia memiliki segalanya," ungkap Ezzejjari.

Apapun julukan yang diberikan orang Indonesia, Ezzejjari mengaku senang. Bahkan, dia sudah menganggap Indonesia sebagai tanah air keduanya. "Ketika kontrak saya diumumkan, saya mendapat banyak pengikut di media sosial. Dan, setiap kali kami memposting cuplikan pertandingan di Instagram, komentarnya berlipat ganda," beber Ezzejjari.

"Ada banyak berita di surat kabar dan orang-orang mengenal saya. Mereka menghentikan saya untuk minta foto, doakan saya, bicaralah dengan saya. Saya senang karena mereka sangat hormat dan menyambut saya dengan sangat baik," lanjut Ezzejjari.

Bagi Ezzejjari, ajaran Islam yang dipraktikkan di Indonesia adalah hal mendasar dan terasa damai. "Saya merasa seperti di rumah sendiri. Awalnya, mereka terkejut. Mereka berkata: 'Bagaimana orang Spanyol bisa menjadi Muslim?' Tapi, saya menjelaskan cerita saya kepada mereka dan mereka mengerti," ujar Ezzejjari.

Menurut Ezzejjari, Indonesia adalah negara yang sangat religius. Dia mengatakan 84% dari penduduk Indonesia memeluk Islam. 

"Kami semua berdoa bersama sebelum dan sesudah latihan, dan sebelum, dan sesudah makan. Jika kami bepergian dengan bus dan waktunya shalat, kami berhenti untuk berdoa. Dan, sebelum pertandingan, jika sudah waktunya, kami juga melakukannya," ungkap Ezzejjari.

"Saya ingat kami berhenti melakukan pemanasan karena mendengar adzan dari masjid terdekat," tambah Ezzejjari.

Lalu, bagaimana perjalanan karier Ezzejjari? Pada usia yang masih sangat muda, Ezzejjari bergabung dengan Akademi Nike. Tapi, dia mengalami cedera dan harus kembali ke Spanyol. Saat itulah dia memutuskan sekolah. "Mereka (orang tua)menyuruh saya belajar karena sepakbola bisa berakhir kapan saja," ucap Ezzejjari.

Ezzejjari kemudian lulus sekolah dan melanjutkan karier sepakbola di Terrassa, Vilassar de Mar, dan Guineueta sebelum melompat ke Andorra. Berkat penghargaan El Pichichi yang didapatnya, dia memiliki kesempatan bermain di Islandia, Filipina, dan Slovenia.

Dia kemudian memilih Persik, dan diterima seperti bintang sejati. Ezzejjari sangat bahagia di Indonesia. Apalagi di negara ini, vaksinasi Covid-19 wajib diberikan kepada semua atlet sebelum bermain sepakbola. "Kalau tidak divaksin, tidak bisa main," ucap Ezzejjari.

Dengan 13 gol, Ezzejjari menjadi pencetak gol terbanyak Persik di Liga 1. "Ini gila karena fisik adalah hal pertama yang mereka perbaiki. Mereka sangat agresif. Ada banyak duel. Anda juga bekerja pada taktik, tapi tidak sebanyak di Eropa," tambah Ezzejjari.

"Mereka banyak bertanya kepada saya apakah penting bagi saya untuk menjadi pencetak gol terbanyak, tapi saya katakan tidak. Saya tidak fokus pada itu. Tujuan pertama saya adalah menyelamatkan tim. Dan, jika saya menjadi pencetak gol terbanyak, itu hadiah. Penghargaan untuk saya dan tim karena tanpa mereka itu tidak akan mungkin terjadi," ungkap Ezzejjari.

"Perubahan itu berat. Ini negara lain, benua lain, budaya lain, sepakbola lain. Tapi, saya sangat senang. Saya ingin berkarier di Asia," pungkas Ezzejjari.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network