Mesir Tak Bisa Didampingi Pelatih di Final Piala Afrika 2021, Ini Alasannya

"Ini akibat kejadian kurang bagus di semifinal melawan Kamerun."

Analisis | 04 February 2022, 14:26
Mesir Tak Bisa Didampingi Pelatih di Final Piala Afrika 2021, Ini Alasannya

Libero.id - Mesir berhasil lolos ke final Piala Afrika 2021 setelah mengalahkan Kamerun melalui adu penalti. Tapi, The Pharaoh tidak sakan bisa didampingi pelatihnya, Carlos Queiroz, saat pertandingan puncak digelar Minggu (6/2/2022) melawan Senegal. 

Mohammed Salah bermain imbang tanpa gol dengan tuan rumah selama 120 menit. Kemudian, unggul adu penalti 3-1. Ini menjadi kemenangan ketiga beruntun pada pertandingan lebih dari 90 menit  di turnamen ini. Sebelumnya, menghadapi Pantai Gading (adu penalti) dan Maroko  (extra time).

Sayang, pada pertandingan final melawan Senegal, Mesir dipastikan tidak bisa dipimpin langsung sang pelatih. Pasalnya, Queiroz mendapat kartu merah pada pertandingan melawan Kamerun.

Queiroz dikirim ke tribun setelah melakukan protes kepada wasit asal Gambia, Bakary Gassama, di akhir babak kedua waktu normal. Pelatih asal Portugal kemudian marah. Setelah pertandingan, dia mempertanyakan standar wasit di turnamen kali ini setelah banyak kontroversi yang terjadi. 

"Sekali lagi, sayangnya, mereka mengirim wasit jenis ini ke permainan level ini. Wasit tanpa pengalaman, tanpa level, ingin menunjukkan. Itu dimulai tepat di ruang ganti," ucap Queiroz kesal, dilansir Goal Africa.

"Kami belum memulai pertandingan dan dia datang ke ruang ganti untuk mengintimidasi staf kami. Tapi, bahkan melawan ini, melawan semua keputusan, yang selalu melawan Mesir. Kami adalah tim terbaik di babak kedua dan melalui adu penalti kami menang," tambah mantan asisten Sir Alex Ferguson di Manchester United (MU) itu.

Queiroz juga mengeluhkan tentang perlakuan tuan rumah secara keseluruhan terhadap skuadnya. "CAF (Konfederasi Sepakbola Afrika) tidak menghormati Mesir. Dari pengaturan waktu hingga kualitas lapangan, kami memiliki lapangan terburuk! Kami adalah Mesir!" ujar Queiroz.

"Bagaimana bisa wasit ini, setelah apa yang dia lakukan di masa lalu, berada di Piala Afrika? Siapa yang mengerti ini? Tidak ada!" lanjut mantan pelatih gagal Real Madrid tersebut.

Maksud dari kemarahan-kemarahan Mesir adalah jadwal final. Pasalnya, mereka hanya punya waktu istirahat dua hari untuk bersiap melawan Senegal di final. Padahal, dalam tiga pertanding fase knock-out berturut-turut, The Pharaoh selalu bermain 120 menit yang melelahkan.

Asisten pelatih Mesir, Diaa Al-Sayed, menilai bahwa skuad asuhannya membutuhkan waktu istirahat lebih setelah bermain 120 menit. Apalagi, waktu istirahat Senegal sehari lebih banyak dari tim asuhannya.

"Saya ingin menyatakan kepada semua otoritas CAF bahwa Senegal memiliki satu hari ekstra untuk berlatih dan beristirahat. Karena itu, kami juga harus mendapatkan perlakuan yang sama. Kami seharusnya memainkan final pada Senin (7/2/2022)," kata Al-Sayed.

Apakah permintaan Mesir akan dikabulkan CAF? Tampaknya tidak. Pasalnya, jadwal sudah diatur dengan sangat ketat agar Piala Afrika bisa berakhir pada akhir pekan. 

Selain itu, bukan hanya Mesir yang memiliki waktu istirahat sedikit. Kamerun juga. Mereka akan menghadapi Burkina Faso di perebutan peringkat ketiga pada Sabtu (5/2/2022). Itu artinya, Vincent Aboubakar dkk praktis hanya memiliki waktu istirahat satu hari.  

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network