Kisah Andrey Arshavin, Legenda Zenit dan Anak Kesayangan Arsene Wenger di Arsenal

"Pada sebuah masa, Arshavin menjadi pesepakbola yang dibicarakan banyak orang."

Biografi | 23 January 2022, 05:47
Kisah Andrey Arshavin, Legenda Zenit dan Anak Kesayangan Arsene Wenger di Arsenal

Libero.id - Nakal dan lincah. Andrey Arshavin menjadi bintang besar untuk Rusia dan klub kampung halamannya, Zenit Saint Petersburg. Dia juga memenangkan Piala UEFA dengan Zenit pada 2008. Lalu, menjadi pahlawan Arsenal di bawah Arsene Wenger.

Pada semua masa, Arshavin pernah menjadi pesepakbola yang dipuja banyak orang. Kariernya dimulai pada 1988 saat bergabung dengan akademi Zenit di kota kelahirannya Saint Petersburg.

Arshavin lulus pada 1999 dan langsung mendapatkan kesempatan bergabung dengan Zenit-2 sebelum bermain di tim utama Zenit. Di sana, dirinya bermain hingga 2009 dengan prestasi yang layak dibanggakan. Arshavin bermain 296 kali pada semua ajang dengan mencetak 71 gol.

Tak kurang dari tiga gelar Liga Premier Rusia, satu Piala Liga, dan satu Piala Rusia berhasil dikumpulkan. Puncak kejayaan Arshavin bersama Zenit saat menjuarai Piala UEFA 2007/2008, yang dilanjutkan di Piala Super Eropa 2008.

Pada tahun yang sama, Arshavin menggila bersama Rusia di Euro 2008. "Bagaimana saya menggambarkan gaya bermain saya? Sangat pintar, sangat malas pada saat yang sama. Tapi, dengan dribel yang bagus dan visi yang bagus," kata Arshavin dalam sebuah kesempatan, di situs resmi UEFA.

"Tiga game terbaik saya? Pertama, kemenangan 3-1 melawan Belanda di Euro 2008. Kedua, pertandingan kualifikasi melawan Inggris di kandang saat kami mengalahkan mereka 2-1. Ketiga, final Piala UEFA melawan (Glasgow) Rangers, saat kami menang 2-0 pada 2008 di Manchester," tambah Arshavin.

"Sulit untuk menyadari apa yang telah kami lakukan untuk sepakbola Rusia. Tiga belas tahun telah berlalu. Tapi, tetap saja, semua orang mengingatkan saya apa yang kami lakukan dan seperti apa rasanya," ucap Arshavin.

"Itu adalah acara besar untuk semua orang di Rusia dan di St Petersburg. Saya mengerti bahwa itu mungkin tidak akan pernah terjadi. Bahkan, sebelum final, kami berbicara antarpemain, dan berkata, 'Hai teman-teman, kita harus menang, jika tidak, mungkin tidak akan ada peluang lain'. Dan, kami melakukannya," beber Arshavin.

Kegemilangan di Zenit membawa Arshavin ke Inggris. Dia dibujuk Wenger untuk bermain di Arsenal. Dan, Arshavin menerima uluran tangan Wenger dengan suka cita. "Saya datang ketika Wenger menginginkan saya," ucap Arshavin. 

"Tapi, saya tidak tahu perkembangan mereka (Arsenal) sekarang. Saya hanya suka beberapa pemain muda seperti Bukayo Saka. Tapi, anda tahu, jika anda ingin menang, anda harus berbicara tentang kinerja tim," ujar Arshavin tentang Arsenal terkini.

"Ini lebih penting. Satu pemain tentu saja dapat menentukan hasil satu pertandingan, mungkin dua pertandingan. Tapi, untuk melewati semuanya, anda harus kuat sebagai sebuah tim. Ini adalah poin bagi Mikel Arteta untuk menyatukan semua orang," saran Arshavin untuk The Gunners.

Selama di London Utara, Arshavin menjalin kemitraan dengan banyak pemain bagus. Meski tidak ada gelar yang dipersembahkan, Arshavin sering mempermudah kinerja para pemain The Gunners lainnya. "Rekan setim terbaik? Cesc Fabregas. Dia bisa mengantarkan bola dari titik mana pun ke titik lain di saat yang tepat dan dengan waktu yang tepat," ucap Arshavin.

"Pemain yang paling ditakuti? Saya tidak benar-benar takut. Tapi, masih sangat sulit untuk bermain melawan Branislav Ivanovic dan John Terry saat saya di Inggris. Jika di Rusia, Jerry Tchuisse dari Spartak Moskva sangat sulit," kata Arshavin.

"Di Arsenal, saya mengatakan pemain yang paling lucu adalah Emmanuel Eboue. Dia sangat lucu, dan saya pikir saya menyukai humornya. Di Zenit, saya tidak tahu. Di Zenit, saya adalah yang terbaik dalam segala hal," beber Arshavin.

Setelah dari Arsenal, Arshavin memutuskan kembali ke Zenit pada 2013. Lalu, bermain untuk Kuban Krasnodar pada 2015. Terakhir, merumput di Kazakhstan bersama FC Kairat dan pensiun pada 2018.

"Di luar Liga Eropa, saya suka Lionel Messi. Saya pikir dia adalah pemain terbaik. Mungkin dalam sejarah sepakbola. Sebagai seorang anak laki-laki, saya tidak pernah memiliki idola. Saya hanya menyukai satu pemain. Tapi, biasanya mereka selalu dari Barcelona. Pertama, Romario. Lalu, Ronaldo. Kemudian Ronaldinho," pungkas Arshavin.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network