Misi Rachmat Irianto Lawan Thailand, Tebus Kegagalan Sang Ayah di Final Piala Tiger 2002

"Saat itu, Sugiantoro jadi satu dari dua pemain yang gagal adu penalti. Cek videonya!"

Analisis | 27 December 2021, 17:00
Misi Rachmat Irianto Lawan Thailand, Tebus Kegagalan Sang Ayah di Final Piala Tiger 2002

Libero.id - Rachmat Irianto menatap pertandingan final Piala AFF 2020 dengan misi mulia. Pemain Persebaya Surabaya itu harus menuntaskan kegagalan sang ayah, Bejo Sugiantoro, di final Piala Tiger 2002. Saat itu, Indonesia dikalahkan Thailand lewat adu penalti 2-4 (2-2). 

Entah kebetulan atau takdir yang harus dijalani Sugiantoro dan Irianto, faktanya Piala Tiger 2002 dengan Piala AFF 2020 punya sejumlah  kemiripan bagi ayah-anak yang sama-sama beroperasi sebagai bek itu. 

Kemiripan pertama terkait jumlah gol. Pada 2002, Sugiantoro mencetak dua gol dalam satu pertandingan, yaitu saat bertemu Filipina. Pada 2020, Irianto juga menjebol jala lawan dua kali di satu pertandingan, yaitu melawan Kamboja. 

Kedua, baik 2002 maupun 2020, final akan mempertemukan Indonesia dengan Thailand. Bedanya, pertandingan diselenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, di depan 100.000 pasang mata. Dalam kondisi seperti itu, Indonesia sangat diunggulkan menang.

Sayangnya sepakbola memang bukan matematika. Ketika pertandingan baru berlangsung 38 menit, jala Hendro Kartiko sudah dua kali dijebol Thailand lewat Chukiat Noosarung dan Therdsak Chaiman. 

Setelah jeda, Indonesia bangkit. Kolev menginstruksikan para pemain tampil lebih lepas, menyerang, mengurung pertahan Thailand, dan melepaskan sebanyak mungkin tendangan ke gawang. Hasilnya, Yaris Riyadi mencetak gol pertama Indonesia pada menit 46, yang dilanjutkan Gendut Doni (79).

Sial, meski Thailand bermain dengan 10 orang setelah Chukiat dikartu merah, Indonesia tidak mampu memenangkan pertandingan. Setelah melewati 90 menit dan 2x15 menit perpanjangan waktu, skor imbang 2-2 tidak berubah sehingga harus berlanjut dengan adu penalti.

Babak tos-tosan melawan Thailand, bagi pemain-pemain Indonesia bukan hal mudah. Pasalnya, mereka masih dibayangi kekalahan adu penalti dari Thailand di tempat yang sama pada final SEA Games 1997. Harus diingat bahwa SEA Games ketika itu masih menggunakan pemain senior, bukan U-23. 

Ternyata, trauma kekalahan di SEA Games masih ada. Para pemain mengambil jatah eksekusi dengan ketegangan luar biasa. Meski penendang pertama Thailand, sang legenda, Kiatisuk Senamuang, gagal menjebol jala Hendro, pemain Indonesia ternyata super tegang.

Setelah penendang pertama Indonesia, Bambang Pamungkas, sukses, eksekutor kedua dan ketiga gagal. Keduanya adalah Sugiantoro dan Firmasyah. Tendangan ayah Irianto itu sangat keras, tapi membentur mistar gawang. Sementara tendangan Firmansyah melebar. 

Kini, 19 tahun kemudian, Indonesia kembali berjumpa Thailand di final dan Piala Tiger telah berganti nama Piala AFF. Sama seperti Sugiantoro pada 2002, Irianto juga menjadi pemain utama tim Merah-Putih tahun ini. 

Peran Irianto sangat vital dalam skema Shin Tae-yong. Bedanya, jika Sugiantoro selalu dipasang sebagai bek tengah, Irianto sekarang bermain sebagai gelandang bertahan. Biasanya, Irianto berkolaborasi dengan rekan setimnya sesama pemain Persebaya Surabaya, Ricky Kambuaya. 

Karena itu, kini pendukung Indonesia pantas berharap kepada Irianto untuk membayar lunas kegagalan sang ayah saat final melawan Thailand pada Piala Tiger 2002. Semoga!

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network