Kisah Tonton Zola Moukoko, dari Legenda CM Jadi Pemilik Klub

"Fakta kehidupan terkadang di luar prediksi."

Biografi | 06 December 2021, 13:47
Kisah Tonton Zola Moukoko, dari Legenda CM Jadi Pemilik Klub

Libero.id - Kalau Anda pernah memainkan game Championship Manager (CM) 1999/2000, nama Tonton Zola Moukoko seharusnya tidak asing.

1999-2000? Jika benar, maka Tonton Zola Moukoko tidak terdengar asing di telinga.

Moukoko punya cerita unik mengenai kariernya di dunia maya. Saat game fenomenal itu diluncurkan, dia menjadi salah satu pemain dengan rating di atas rata-rata. Boleh dikatakan, Moukoko merupakan pemain yang paling populer di game tersebut.

Dia dikenal oleh banyak orang, meski cuma sebatas online. Lantas siapakah Moukoko dalam kehidupan nyata?

Lahir di Kongo, Moukoko kehilangan kedua orang tuanya selama masa kecilnya. Dia kemudian memutuskan pindah ke Swedia untuk tinggal bersama kakak laki-lakinya bernama Fedo, yang  menjadi kekuatan pendorong baik dalam kehidupan maupun kariernya.

Dia mulai bermain sepakbola di klub lokal dan berkat kehebatannya dia segera menarik minat klub yang jauh lebih besar.

“Di Kongo kami tidak memainkan permainan yang terorganisir,” kata Moukoko. “Kami hanya anak-anak yang bermain di jalanan, tidak seperti tim yang tepat. Kemudian saya pergi ke Swedia dengan saudara laki-laki saya dan dari sana semuanya dimulai," kenangnya.

“Saya bergabung dengan klub bernama Djurgardens dan segalanya berjalan sangat baik bagi saya. Saya bermain untuk tim nasional di U-16 dan banyak klub melihat saya dan ingin saya berlatih bersama mereka,” timpalnya.

“Saya adalah seorang gelandang. Seorang pemain teknis yang sangat baik – passing yang baik, dribbling. Tubuh saya tidak terlalu besar. Saya lebih seperti Iniesta, atau Messi,” ucapnya memberi perumpamaan.

Berita tentang bakat luar biasa Moukoko segera menyebar ke seluruh Eropa. Dia menjalani uji coba dengan klub Italia, Bologna dan Empoli, tetapi tawaran dari Derby Country yang akhirnya membuat dia memilih. Dia bergabung dengan klub Inggris itu saat berusia 15 tahun.

“Di Inggris, cara mereka merawat pemain muda sangat bagus. Anda pergi ke sekolah untuk belajar, sedangkan di Italia sedikit berbeda,” ungkapnya.

“Adikku melihat itu dan berpikir itu bagus. Saya juga punya beberapa kerabat di Inggris. Mereka tinggal di London,” kata kakak Moukoko.

“Ketika saya pindah ke Derby, mereka memiliki beberapa pemain hebat – (Georgi) Kinkladze, (Stefano) Eranio. Mereka memiliki beberapa pemain teknis yang bagus. Dengan akademi dan para pemain muda, kami juga memiliki beberapa pemain bagus,” imbuhnya.

Tapi, sayangnya karier Moukoko tak secemerlang ratingnya di games CM. Dia cuma bertahan dua musim di sana. Setelah itu, dia pindah dari klub kecil ke klub kecil lainnya, bermain di liga-liga tidak populer. Seperti Carlstad United, klub kasta keempat Swedia (2004-2006), IK Sleipner, klub kasta kedua Swedia. (2007/2008), lalu ke beberapa klub Norwegia, Syrianska KF dan Atlantis FC.

Dan, setelah tak terdengar sebagai pemain, Moukoko punya cara jitu untuk tetap eksis di jagat sepakbola.

Pada 2013, dia mendirikan klub sepakbola miliknya sendiri yang dia beri nama sesuai dengan negeri dimana dia berasal: Kongo United FC. Klub itu berbasis di Stockholm dan saat ini berkiprah di kasta ketujuh sepakbola Swedia.

Paralel dengan itu, Moukoko juga bekerja sebagai agen, menggunakan pengalamannya sendiri untuk membantu pemain muda menemukan klub di Eropa.

Dia mungkin tidak mencapai semua yang dia inginkan sebagai pesepakbola dan menjadi bintang dunia seperti yang diprediksikan CM, tetapi Moukoko telah memenuhi mimpinya yang lain: mendirikan dan mengelola klub sepakbola sendiri.

Di luar sepakbola, kehidupan berjalan baik untuk Moukoko dan keluarganya. Dia telah menikah lima tahun lalu dan memiliki seorang putra bernama Zion, yang suatu hari pasti akan mengetahui status ikonik ayahnya yang unik.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network